LINKQ

Kamis, 27 Mei 2010

Perbendaharaan Strategi Israel

Fahmi Huwaidi

Haifatur Ru’yat Kuwait, Kamis 22 Jumadil Ula 1431, 6 Mei 2010

Statemen Israel soal pertemuan PMnya Benjamen Netanyahu dengan Presiden Mubarak rendahan bahkan tersembunyi niat buruk. Ketika seorang menteri Israel yang menyertai Benjemen Netanyahu menyatakan bahwa Mubarak bak “gudang strategi bagi Israel, maka statemen ini tidak boleh didiamkan.

Ini tidak mungkin dibenarkan sama sekali. Istilah itu hanya pas diberlakukan kepada politikus sekaliber Rinaji, George Bush, Ksingger, Sarkozi dan Mircel.

Dan di Israel sekelas Ben Gorion, Yitshak Rabbin, Ariel Sharon dan lainnya memiliki peran dalam mendirikan Israel dan mengibarkannya dan memberangus Palestina dan pada saat yang sama mampu menekuk lutut bangsa Arab dan menghinakannya.

Istilah perbendaharaan strategi yang rendahan itu keluar dari lisan Benjamen ebn Eliezer, menteri perdagangan dan perindustrian Israel ketika ia mengomentari hasil kunjungan Netenyahu ke Mesir bersama presiden Mubarak di Syarm Syekh pada Senin lalu (3/5).

Yahudi yang satu ini termasuk dalam barisan delegasi Israel. Radio militer Israel melakukan wawancara dengan Ben Eliezer sebagai berikut:

- Mesir sangat konsen berusaha mendorong presiden Palestina ke meja perundingan agar mau berdamai.

- Pertemuan selama 1,5 jam Mubarak dan Netenyahu dalam situasi sangat istimewa. Sehingga bagi Israel Husni Mubarak dianggap sebagai “perbendaharaan strategi”.

- Pembahasan antara kedua pihak menyinggung proses perdamaian di Timur Tengah dan upaya Mesir dalam hal ini.

Disamping itu juga membahas masalah Iran dari segala sisi dan akibat buruk jika negeri pada mullah itu memiliki senjata nuklir. Selain itu juga membahas upaya Mesir mengakhiri masalah penyanderaan serdadu Israel di Jalur Gaza Gilad Shalith dan upaya menghentikan penyelundupan senjata ke Jalur Gaza.

Seruan Mesir agar Timur Tengah bersih dari senjata nuklir bukan hal baru.

Tuntutan ini sudah sering disampaikan oleh Mubarak saat pertama kali kunjungan Mantan PM Israel Yisthak Rabbin pada tahun 1992. Pemerintah Israel memahami ini. Apalagi Mesir komitmen dengan pemerintah Israel untuk membuka akses dialog dalam masalah ini.

Untuk diketahui, Ben Eliezer adalah komandan satuan Eskid di militer Israel yang terbukti membunuh 250 pasukan Mesir dari satuan Comando Mesir di kota Aresy Juni 1965.

TV Israel mengungkap peran Eliezer dalam film dokumenternya yang disiarkan pada Maret 2007 yang mencakup pengakuan mantan komandan di satuan tersebut bahwa Ben Eliezer terlibat dalam operasi pembunuhan itu.

Film itu sempat membuat geger dan menciptakan ketegangan antara kedua negara. Ben Eliezer gagal berkunjung ke Kairo. Akibat film itu juga Mendagri Mesir mengirim surat yang sangat keras kepada Mendagri Israel meminta agar mengadili pembunuh tawanan Mesir.

Bahkan Mesir saat itu menuding Ben Eliezer dengan 6 surat kecaman karena melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan.

Pengadilan Mesir juga sempat melakukan tindakan hukum terhadap Eliezer karena tuntutan salah satu keluarga tawanan Mesir yang menjadi korban. Namun masalah ini ditutup. Apakah karena factor ini, gambar Eliezer tidak muncul di Koran-koran Mesir saat bersama Netanyahu???

Benar ungkapan dari lisan Menteri Eliezer ini mengharuskan adanya pertanyaan soal kejadian akhir-akhir ini. Terutama soal agresi Israel ke Jalur Gaza terakhir, keterlibatan Mesir dalam memblokade Jalur Gaza, mendirikan tembok baja untuk semakin memperketat blockade.

Tapi kebodohan itu tidak seharusnya mendorong Eliezer menyebut Mubarak sebagai perbendaharaan strategi bagi Israel.

Ini skandal besar. Sayang skandal lebih besar dilakukan oleh Mesir yang tidak meminta kepada Israel untuk menjelaskan atau meminta maaf. (bn-bsyr)

Tidak ada komentar: